KARYA TULIS ILMIAH
“Pengaruh
Penggunaan Bahasa Gaul Oleh Kalangan Remaja terhadap Bahasa Indonesia”
BAHASA INDONESIA
Dosen Pengampu : Adhita Dwi Handayani, M.Pd
Oleh :
Nailatul Inayah
(16042018)
PROGAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM’ LAMONGAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kita sehingga penyusun bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Bahasa Gaul Oleh Kalangan Remaja terhadap Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nai Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan
kepada Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Penyusun menyadari dalam penulisan laporan ini banyak
terdapat kekurangan karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Namun,
penyusun tetap berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Kritik
dan saran dari penulisan laporan ini sangat penyusun harapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaan pada laporan penyusun berikutnya. Untuk itu penyusun ucapkan
terima kasih.
Lamongan,21 oktober 2017
Tim
Penyusun
ABSTRAC
Language is the identity of a country or region is used as the main
communication tool. Everyone needs language when interacting, expressing ideas
and opinions as well as other social relations. In the use of Indonesian
development replaced by shifting usage adolescent language called slang. Slang
usage is not only used by teenagers, often educated people also use this slang,
either verbally or in writing, either in formal or non-formal result is not a
good use of language and not a right. It would be nice if we could use the
Indonesian language is good and true, so that the existence of Indonesian as
the national language is maintained. Indonesian is the language of unity, so as
Indonesian people who care about and respect the national language, we must
protect and helped preserve our language is Indonesian. If we are using the
Indonesian language is good and true then direct people who are around us will
be infected
ABSTRAK
Bahasa adalah identitas dari suatu negara ataupun wilayah yang
digunakan sebagai alat komunikasi utama. Setiap orang membutuhkan bahasa ketika
berinteraksi, mengungkapkan ide dan pendapat serta hubungan sosial lainnya.
Dalam perkembangannya pemakaian bahasa Indonesia mulai bergeser digantikan
dengan pemakaian bahasa anak remaja yang disebut bahasa gaul. Pemakaian bahasa
gaul tidak hanya dipakai oleh remaja, tak jarang orang berpendidikan pun
menggunakan bahasa gaul ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik dalam
waktu formal maupun non formal mengakibatkan penggunaan bahasa menjadi tidak
baik dan tidak benar. Alangkah baiknya bila kita dapat menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sehingga keberadaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional tetap terjaga. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, jadi
sebagai masyarakat Indonesia yang peduli dan menghormati bahasa nasionalnya,
kita harus menjaga serta turut melestarikan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia.
Apabila kita sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka secara
langsung orang yang berada di sekitar kita akan tertular.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang telah diakui oleh
pemerintah sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan
dalam penggunaan dan pengucapannya sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan
(EYD).
Sebagai bangsa Indonesia yang menghargai budayanya, maka kita
memang sudah seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam kehidupan
kita. Tentunya bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang
sesuai dengan EYD.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, banyak terjadi pergeseran
pengucapan serta penulisan terhadap bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Hal itu terutama terjadi dikalangan anak remaja yang saat ini semakin kesulitan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti misalnya adanya
penyingkatan kata, penambahan huruf terhadap kata yang sudah baku, pengurangan
huruf, serta penggunaan angka dalam penulisan kata.
Pergeseran penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia ini disebabkan
oleh munculnya bahasa baru dikalangan remaja yang membuat mereka lebih percaya
diri ketika mereka menggunakan bahasa baru yang mereka sebut sebagai bahasa
gaul.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang
dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul
pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya
para anak jalanan yang disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai
preman. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang
digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua
pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
Nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dalam
konteks masa kini, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang
terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Remaja saat ini lebih cenderung menggunakan bahasa gaul yang
tentunya mengikis kebakuan yang dimiliki bahasa Indonesia. Dengan semakin
berkembangnya bahasa gaul dikalangan remaja, bisa jadi generasi selanjutnya
tidak lagi bisa mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai
dengan EYD.
Bahasa gaul tersebut merupakan suatu pertanda bahwa perkembangan
bahasa Indonesia dikalangan remaja sangatlah buruk, karena bahasa gaul
juga tidak bisa dikatakan sebagai bahasa yang baku dan tidak sesuai dengan EYD.
Jika hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi
generasi muda dimasa mendatang. Generasi muda nanti akan menjadi generasi yang
tidak bisa berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang
melatarbelakangi saya untuk membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh bahasa
gaul terhadap perilaku remaja.
1.2 Ruang
Lingkup dan Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas
adalah sebagai berikut :
1 1. Bagaimana penggunaan
bahasa gaul di kalangan remaja?
2. Bagaimana pengaruh
penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut :
1 1. Mendeskripsikan bagaimana
penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.
2. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh penggunaan bahasa
gaul terhadap perilaku remaja.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a A. Manfaat Teoritis
a) Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan,
serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran
pengetahuan tentang pengaruh bahasa gaul terhadap perilaku remaja
b) Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya.
2 B. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi penulis
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap
remaja.
b) Manfaat bagi tenaga pendidik
Sebagai referensi untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah
bahasa Indonesia, khususnya dosen di Universitas Jember.
c) Manfaat bagi pembaca
Untuk merangsang para pembaca agar menggunakan bahasa Indonesia
yang baik
dan benar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Maraknya Penggunaan Bahasa Indonesia yang
Tidak Baku Di kalangan Remaja
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara
Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap
bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh
masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan
datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan
parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa
gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada
pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat
luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi
bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan
munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa.
2.1.2
Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam
Terpinggirkan oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi.
Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang
lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul
bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian,
diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka
tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas
bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa
Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat
sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan
generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan,
generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul
di masyarakat.
2.1.3
Yang Menyebabkan Punahnya Bahasa
Indonesia
Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja
merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan
pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang
khususnya di daerah Tuban. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa
Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan
datang.
2.1.4
Beberapa Dampak Positif dan
Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul
Segala sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu
pula dengan bahasa gaul yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap
penggunanya dan orang lain.
a. Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja
menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini,
tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang
muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan
yang tepat juga.
b. Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat
kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan
dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam
tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak
diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi
yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
2.1.5
Langkah-langkah Penanggulangan :
a) Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli
terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa
persatuan dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
b) Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus
bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan
penggunaannya
c) Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa
Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Baik film layar lebar maupun
sinetron. Dengan penggunaan Bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku
dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat,
masyarakat luas juga akan mengunakan Bahasa Indonesia seperti para idola
mereka.
d) Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di
perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik
berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain
drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga
dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan
praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa
Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar
baik dan benar.
e) Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia
dilakukan dengan jalur media masssa dan jalur kepemimpinan.
2.1.6
Kesimpulan
1) Banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adalah akibat
dari perkembangan zaman yang kian mengalami kamajuan baik dari dunia pendidikan
sampai teknologi.
2) Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat
terutama dikalangan remaja.
3) Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan
bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering
menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar karena remaja
suka meniru hal-hal yang baru.
2.2 Landasan Teori
2.2.1
Asal-usul Bahasa
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai
bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi.Ada dugaan kuat bahasa nonverbal
muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa
adalah ekstensi perilaku sosial .Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada
perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagi lokasi
dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras
yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.Kemampuan ini mungkin berhubungan
dengan kemampuan manusia lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat
jari-jemari dan tangan yang memudahkan komunikasi noverbal. Konon, hewan
primata (kera, monyet, gorila dan sejenisnya) berevolusi sejak kira-kira 70
juta tahun lalu, dimulai dengan hewan mirip tikus kecil yang hidup sejaman
dengan dinosaurus.
Dulu, nenek moyang kita yang juga disebut Cro
Magnon ini tinggal di gua-gua. Mereka mempunyai sosok seperti kita, hanya
saja lebih berotot dan lebih tegap, mungkin karena hidup mereka peuh semangat
dan makan makanan yang lebih sehat. Mereka adalah pemburu dan pengumpul makanan
yang berhasil. Ketika mereka belum mapu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi
dengan gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, cadas dan dinding gua yang
banyak ditemukan di Spanyol dan Perancis Selatan. Mereka menggambarkan bison, rusa kutub dan mamalia lainnya yang
mereka buru. Inilah sarana pertama yang dikenal manusia untuk merekan
informasi.
Dalam tahap perkembangan berikutnya, antara 40.000 dan 35.000 tahun
lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.Ini mungkin karena mereka
punya struktur tengkorak, lidah dan kotak suara yang mirip dengan yang kita
miliki sekarang. Kelebihan homo sapiens dari makhluk sebelumnya adalah
kemampuan mereka untuk mengembangkan salah satu jenis tanda yang disebut dengan
simbol atau lambang. Sedangkan makhluk hidup sebelumnya lebih mengandalkan
ikon, sinyal atau indeks dalam komunikasi mereka.Kemampuan berbahasa inilah
yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip
manusia sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat
bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan cara yang keras
dan cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan.
Sekitar 10.000 tahun Sebelum Makanan mereka menemukan cara-cara
bertani demi kelangsunagn hidup mereka. Pendek kata, homo sapiens
semakin makmur dari abad ke abad, karena mereka memiliki banyak pengetahuan
untuk bertahan hidup dan mengembangan budaya mereka, yang kemudian mereka
wariskan kepada generasi berikutnya. Mereka tidak hanya menggarap tanah dan
beternak tetapi juga mengembangkan teknologi termasuk penggunaan logam,
anyaman.Roda, kereta dan barang tembikar.Mereka juga punya waktu untuk
bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi.Namun mereka belum dapat
menulis.Sementara itu, bahasa pun semakin beraneka ragam.Cara bicara baru
berkembang ketika orang-orang menyebar ke kawasan-kawasan baru tempat mereka
menemukan dan mengatasi problem-problem baru.Bahasa-bahasa lama pun terus berevolusi dari
generasi ke generasi.
Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan
transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun
terus berkembang. Transisi paling
dini dilakukan bangsa Sumeria dan bagsa Mesir kuno, lalu juga bangsa Maya dan
bangsa Cina yang mengembangkan sistem tulisan mereka secara independen. Tahun
2000 Sebelum Masehi, papirus digunakan secara luas di Mesir untuk menyampaikan
pesan tertulis dan merekam informasi. Penyebaran sistem tulisan itu akhirnya
sampai juga ke Yunani.Bangsa Yunanilah yabg kemudian menyempurnakan dan
menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira-kira 500 Sebelum Masehi,
mereka telah menggunakan alfabet ini secara luas. Akhirnya alfabet Yunani itu
diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu disempurnakan lagi.Sistem tulisan
dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga kini.Kita pun memasuki era pada
abad ke 15, yang beberapa abad kemudian disusul oleh era radio, era televisi
dan kini era komputer.Kesemuanya merekam hasil peradaban manusia untuk
disempurnakan lagi oleh generasi-generasi mendatang lewat kemampuan mereka
dalam berbahasa.
2.2.2
Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa
bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti
alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut
makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan
suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran
bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan
konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Telah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi,
bersifat abritrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah
abritrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
a) Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.Secara kongkret, alasan
“kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’
adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya
setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan
untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk
melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah
melanggar konvensi itu.
b) Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak
terbatas.Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS.
Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata,
tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak
terbatas.
c) Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari
berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat
terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan
leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul,
tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d) Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama,
namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai
latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi
beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada
tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang
digunakan di Yogyakarta.Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda
dengan yang digunakan di Arab Saudi.
e) Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.
Hewan tidak mempunyai bahasa.Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang
berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia
dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan
cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena
itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
2.2.3
Asal-usul Bahasa Gaul
Sejumlah kata atau istilah mempunya arti khusus, unik, menyimpang
atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh
orang-orang dari subkultur tertentu, bahasa Subkultur ini disebut bahasa khusus
(special language), bahasa gaul atau argot.
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah
dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi
karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lam istilah-istilah tersebut
jadi bahasa sehari-hari.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang
dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa
prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa
Betawi yang mengalami penyimpangan/pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum
remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Akar dari bahasa gaul adalah bahasa prokem.
Kata prokem sendiri merupakan “bahasa gaul preman”. Bahasa ini awalnya
digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara
rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka
merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata,
mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distrubusi
fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan
bahasa sandi mererka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti
yang mereka maksud. Artinya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan
menggunakan bini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidal lagi
menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya coba deh Tanya bokap atau nyokap
kita, tahu engga mereka dengan istilah moakal,mokat, atau bokin. Kalau mereka
engga mengerti artinya berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan dengan preman, kaum
waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita
masih sering mendengar istilah “bencong” untuk menyebut seorang banci? Nah,
kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya hampir beramaan deh
dngan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah
yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian
memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering
enggak beraturan alias engga ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap
kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang engga lucu, kita
bias menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebut jasjus.Untuk sesuatu
yang engga oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bias dibilang kosa kata
baru.
2.2.4
Pengertian Bahasa Gaul
Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan perkembangan atau
modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga
bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti. Sebagian
besar kata-kata dalam bahasa gaul remaja merupakan terjemahan, singkatan, maupun
pelesetan. Namun, terkadang diciptakan pula kata-kata aneh yang sulit dilacak
asal mulanya.
Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan
kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan
standar penuturan dialek atau bahasa. Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya
dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada
bahasa khas yang digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul
lebih sering merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan dalam kelompok yang
menyimpang, seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum
homoseksual/lesbian, pelacur, dsb.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi
dan menjadi umum digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di
lingkngan social bahkan dalam media-media popular seperti TV, radio,
dunia perfilman nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk
publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah
remaja popular.
Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan
perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul
bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa
daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota
tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat. Perbendaharaan kata dalam
bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa
sunda.
2.2.5
Ciri-ciri Bahasa Gaul
Berikut ini beberapa
ciri dari bahasa gaul :
1) Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong,
cantik →kece, dia → doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu →
nyokap, cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.
2) Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja → aja,
sama → ama, memang → emang, dll.
3) Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung, hujan →
ujan, hilang → ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat → liat,
pahit → pait, tahun → taon, bohong → boong, dll.
4) Penggantian huruf "a" dengan "e": benar →
bener, cepat → cepet, teman→ temen, cakap → cakep, sebal → sebel, senang →
seneng, putar → puter, seram →serem.
5) Penggantian diftong "au", "ai" dengan
"o" dan "e": kalau → kalo, sampai → sampe, satai → sate,
gulai → gule, capai → cape, kerbau → kebo, pakai → pake, mau (bukan diftong) →
mo, dll.
6) Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang:
terima kasih → makasi/trims, bagaimana → gimana, begini → gini, begitu → gitu,
ini → nih, itu → tuh.
2.2.6
Contoh Bahasa Gaul
Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada
orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti
tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi
pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut
diucapkan.
a. GUE
Adalah bahasa “resmi” yang kini banyak digunakan oleh kebanyakan
orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut “Saya/Aku”. Kata ini
merupakan bahasa Betawi yang telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem
dikenal orang.
b. LO / LU
Sama seperti “Gue” kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku
Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut “Anda/Kamu”.
c. ALAY
Singkatan dari “Anak Layangan”, yaitu orang-orang kampung yang
bergaya norak. “Alay” sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.
d. LOL
Kata ini belakangan ini sering dipakai, terutama dalam komunikasi chatting,
baik di YM, FB, Twitter, atau pun komunitas yang lain. Kata itu merupakan
singkatan dari Laugh Out Loud yang berarti “Tertawa Terbahak-bahak”.
e. LEBAY
Merupakan hiperbola dan singkatan dari kata “berlebihan”.
f. GARING
Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak
lucu”. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun
menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.
g. KEPO
Kata ini merupakan singkatan Knowledge Everything Particular
Object yang artinya selalu ingin tau.
Bahasa gaul dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
lagi, ada yang disebut bahasa gaul kaum selebritis, kaum gaya dan lesbian atau
kaum waria. Bahasa ini digunakan untuk memproteksi kelompok mereka dari
komunitas lain. Sehingga komunikasi yang mereka lakukan, hanya kelompok mereka
saja yang mengerti.
1) Bahasa kaum selebritis
Perhatikan kata-kata yang sering digunakan oleh kalangan selebritis
dalam bahasa gaul yaitu:
§ Baronang = baru
§ Cinewinek = cewek
§ Pinergini = pergi
§ Ninon tinon = nonton
2)
Bahasa gaya dan bahasa waria
Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan
bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum
waria atau banci. Sekelompok mahasiswa saya dari Fikom Unpad, berdasarkan
penelitian mereka atas kaum gay di Bandung menemukan sejumlah kata yang mereka
gunakan, misalnya adalah:
Cinakinep = Cakep
Duta = Uang
Kemek = Makan
Linak = Laki-laki
Maharani = Mahal
Jinelinek = Jelek
3) Bahasa kaum waria
Bahasa adalah sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuah
komunitas banci (waria), seperti yang diperoleh sekelompok mahasiswa
berdasarkan wawancara dengan seorang waria.
§ Akika/ike = aku
§ Bis kota = besar
§ Cakra = ganteng
§ Cucux = cakep/keren
§ Diana = dia
§ Inang = Iya
2.2.7
Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti to grow atau to grow maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro,
1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock
(1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17
tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja
awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu
telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja juga
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian
perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa
dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak.
2.2.8
Perilaku Remaja
Merujuk pada tulisan Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan
berbagai karakteristik perilaku dan pribadi masa remaja, yang terbagi ke dalam
bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir
(14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif,
sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja Awal
(11-13 Th s.d.14-15 Th)
|
Remaja Akhir
(14-16 Th.s.d.18-20 Th)
|
Fisik
|
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat.
|
Laju perkembangan secara umum kembali
menurun, sangat lambat.
|
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang
seimbang.
|
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati
kekuatan orang dewasa.
|
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot
mengembang pada bagian –bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi
kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada
laki-laki.
|
Siap berfungsinya organ – organ reproduktif seperti pada orang
dewasa.
|
Psikomotor
|
Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
|
Gerak gerik mulai mantap.
|
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
|
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada
keterampilan yang
menunjang kepada persiapan kerja.
|
Bahasa
|
Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing.
|
Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang
dipilihnya.
|
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik,
fantastik dan estetik.
|
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai
filosofis, ethis,
religius.
|
Perilaku Kognitif
|
Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak,
meskipun relatif
terbatas.
|
Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai
kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan
komprehensif.
|
Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang
terpesat.
|
Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau)
yang suatu saat
(usia 50-60) menjadi deklinasi.
|
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan
kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
|
Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan
kemantapannya
|
Perilaku Sosial
|
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan
keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
|
Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan
lebih lama (teman dekat).
|
Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai
semangat konformitas
yang tinggi.
|
Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel,
kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.
|
Moralitas
|
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh
orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
|
Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif
yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau
kesalahan.
|
Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya.
|
Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri
atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati
nuraninya.
|
Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat
dengan tipe idolanya.
|
Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan nya mana
yang harus dirundingkan
dengan orang tuanya.
|
Perilaku Keagamaan
|
Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
|
Eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan
dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.
|
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
|
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas
dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
|
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan
hidup
|
Mulai menemukan pegangan hidup
|
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
|
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga
diri dan aktualisasi diri)
mulai menunjukkan arah kecenderungannya
|
Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai
pola dasar kepribadiannya.
|
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat
berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat
|
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya tampak mulai terkendali
dan dapat menguasai dirinya.
|
Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak
teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih
dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
|
Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah
mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan
karier atau pendidikanlanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe
kepribadiannya.
|
Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko sosialnya, yang akan membentuk
kepribadiannnya.
|
Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai
tampak dan ditemukan
identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya
sampai masa dewasa.
|
2.2.9
Dampak Positif dan Negatif dari
Penggunaan Bahasa Gaul
a) Dampak Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja
menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini,
tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang
muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan
yang tepat juga.
b) Dampak Negatif
1) Segi ekonomi
Bahasa gaul ditawarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat modern yang
mempunyai ciri agar gaya hidup meningkat, akan tetapi bagi kelompok sosial yang
mudah dibentuk oleh pasar akan terjadi kontraksi antara nilai tradisional dan
masyarakat modern. Sehingga menggiring kaum muda untuk tidak hemat pada pola
hidup yang sederhana. Apabila sikap ini bila dipupuk akan menimbulkan masalah
sosial besar. Bagi yang mengkonsumsi bahasa gaul maka mempengaruhi pola hidup
yang serba gemerlap. Bila remaja yang tingkat sosialnya rendah bisa jadi timbul
rasa prustasi, secara psikologis menimbulkan akibat yang buruk karena bahasa
gaul sering digunakan para remaja modern yang tingkat sosialnya tinggi.
Dengan adanya bahasa gaul akan mempengaruhi perilaku remaja, untuk
itu remaja dididik untuk mengkonsumsi barang-barang tertentu sebagai indikator
bahwa mereka adalah bagian dari remaja gaul tadi, remaja berkeinginan untuk
memiliki barang-barang yang baru sedangkan yang alama dianggap sudah ketinggala
jaman dan remaja merasa rendah apabila bertemu atau berkomunikasi dengan
teman-temannya karena bahasa atau barang-barangnya tidak gaul.
2) Segi norma susila
Salah satu gejala negatif bahasa gaul mempunyai dampak pada prilaku
yang tidak baik bila digunakan pada orang yang lebih tua (orang tua). Untuk itu bahasa gaul kurang baik karena
keluar dari tatanan norma sopan santun.
3) Segi norma agama
Karena ingin disebut tren sehingga sering kali membuat orang lepas
dari etika moral bahkan lepas dari nilai agama, sehingga bila sering
menggunakan bahasa gaul maka akan terpengaruh dengan berpakaian gaul (ketat,
transparan atau buka-bukaan) padahal memperlihatkan aurot dalam agama kita
dianggap primitif, bahkan berpengaruh pada pacaran yang sama-sama gaul
(kelompok konsumsi bahasa gaul). Bahkan akan lebih gawat apabila mengarah pada
hubungan sek diluar nikah karena sudah saling menyenangi/kecocokan dalam
pembicaraan yang menggunakan bahasa gaul.
Dengan adanya majalah-majalah, telebisi, serta musik yang merupakan
media informasi yang sehari-hari dapat diperoleh oleh para remaja akan cepat
tersebarnya bahasa gaul, apalagi dalam media ini ditampilkan tokoh-tokoh yang
terkenal yang menjadi idola para remaja tersebut.
4) Segi budaya
Bahasa gaul memang menambah kasanah budaya bangsa kita, akan tetapi
apabila bahasa tersebut kurang terkontrol maka akan mengakibatkan penambahan
budaya yang norak, kebarat-baratan, imitasi yang menimbulkan modernisasi yang
tidak benar.
2.3
Kerangka Berpikir
Dampak Positif dan Negatif
|
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh
Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja ini
berkaitan dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data
yang dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu
dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan oleh karena
data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan
bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala
atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan
dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif.
3.2
Subjek Penelitian
Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini
adalah Pengaruh
Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja
dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut meliputi pola
bentuk morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari
penelitian ini adalah anak-anak remaja di kota Tuban ketika berdialog.
3.3
Data Penelitian dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan dalam
berkomunikasi antar satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data dari
penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi sebagai teknik utama. Observasi dilakukan dengan cara
mendengar-mencatat, yaitu peneliti mencatat data bahasa dan konteksnya yang
meliputi (1) topiknya, (2) suasananya, (3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan
bicaranya.
Melalui teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh
peneliti sendiri, maka akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah
hal-hal yang diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang
berlangsungnya pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau
kegiatan saat berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan
dua macam analisis data, yaitu sebagai berikut:
1) Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam pada kalangan
remaja. Pemakaian bahasa gaul tersebut meliputi :
Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
2) Pengklasifikasian
karakteristik perilaku remaja, yang meliputi :
Fisik
Psikomotor
Bahasa
Perilaku Kognitif
Perilaku Sosial
Moralitas
Perilaku Keagamaan
Konatif, Emosi,
Afektif dan Kepribadian
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ponco. 2013. Modul Ilmu Komunikasi. Jakarta: FEUNJ.
pada tanggal 11 April 2015.
diakses pada tanggal 11 April 2015.
-di-kalangan-remaja/, diakses pada tanggal 11 April 2015.
11 April 2015.